Madu Untuk Bayi – Manfaat dan Bahaya Pemberian Madu Untuk Bayi
Madu Untuk Bayi 6 Bulan |
Pemberian madu untuk bayi masih menjadi
perdebatan diantara para ahli nutrisi dan juga orang tua. Sebenarnya, setiap
orang tua pasti menginginkan anak bayinya sehat dan tumbuh dengan sempurna.
Berbagai macam jenis makanan dan minuman tambahan diberikan kepada bayi dengan
tujuan agar si bayi memiliki tumbuh kembang yang baik.
Sebenarnya, makanan
terbaik bagi bayi di usia dini antara 0 s/d 6
pertama adalah ASI. Bagi Ibu yang tidak mengalami kendala, sangat
dianjurkan untuk hanya memberikan ASI selama periode itu. Setelah usia Bayi 6
bulan, bayi baru diperbolehkan diberikan makanan tambahan sebagai pendamping
ASI.
Madu adalah makanan alami
hasil produksi lebah
madu yang mengumpulkan nectar dari bunga pepohonan. Khasiat madu
sudah diakui dan dimanfaatkan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan,
madu juga disebut dalam beberapa kitab suci agama besar di dunia.
Madu banyak mengandung
antioksidan yang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, madu
juga bisa dijadikan sumber energi bagi anak yang mulai aktif bergerak setelah
umur 6 bulan. Pemberian madu untuk bayi,
dilakukan karena nutrisi madu
yang lengkap juga dipercaya mampu meningkatkan perkembangan kecerdasan anak.
Untuk menjadi pertimbangan
dalam memutuskan pemberian madu untuk bayi, alangkah baiknya kita ketahui
perkembangan alat pencernakan bayi. Organ pencernaan dan juga organ tubuh yang
lain pada bayi, masih merupakan organ tubuh yang sederhana dibandingkan organ
tubuh yang dimiliki orang dewasa.
Pencernaan bayi masih
belum bisa memproduksi enzim selengkap pencernaan orang dewasa. Sehingga,
pencernaan bayi belum bisa membunuh beberapa bakteri yang bisa membahayakan
tubuhnya, termasuk spora Clostridium botulinum. Istilahnya, bayi belum memiliki
keseimbangan asam yang baik untuk membunuh kuman berbahaya dalam pencernaan.
Seiring bertambahnya usia, maka organ tubuh tersebut akan berkembang dan akan
mampu menghasilkan enzim yang lebih lengkap dan mencerna makanan yang lebih
kompleks.
Lebah Madu mengumpulkan
nectar dari bunga pepohonan. Tetapi selain itu, lebah madu juga sesekali
hinggap di tanah becek atau tempat kotor lain. Spora botulinum bisa terdapat
pada sayuran yang dicuci, pada tanah ataupun tersebar di udara. Kaki lebah madu
bisa tertempeli spora botulinum dan akan tercampur dengan madu ketika lebah
menyimpan madu di sarangnya. Kemungkinan madu mentah lebih besar tercampur
spora botulinum dibandingkan dengan madu yang sudah dipasteurisasi.
Kandungan botulinum toxin
memiliki efek yang berpotensi merusak tubuh bayi ketika masuk dalam saluran
pencernakan. Senyawa ini bisa menyebabkan kelumpuhan otot dan memiliki efek
botoks yang akan menghilangkan kerutan di wajah. Apabila kelumpuhan terjadi
pada paru-paru, bisa mengancam nyawa si bayi.
Walaupun kasus keracunan
spora botulinum ini sangat jarang terjadi, kita harus tetap berhati-hati untuk
mencegahnya terjadi. Sebaiknya, ibu hanya memberikan madu untuk bayi di
atas usia 6 bulan. Harus dipastikan hanya memberikan madu yang sudah diolah
(dipasteurisasi) untuk menghindari kemungkinan madu tercemar spora clostridium botulinum.
Selain itu, Ibu juga bisa
memberikan nutrisi madu untuk bayi secara tidak langsung. Maksudnya, madu
dikonsumsi oleh ibu yang menyusui, sehingga spora Clostridium botulinum akan
mati disaluran pencernaan si Ibu, sedang saripati madu akan didapatkan si bayi
melalu ASI.
Artikel Sebelumnya: